Lebaran Di tengah Pandemi
Lebaran di tengah pandemi pastinya menarik buat saya apalagi ini pertama kalinya kami merasakan lebaran di tanah rantau yang berbeda Pulau dengan kampung halaman kami. Lebaran yang biasanya jadi moment bermaaf – maafan sekaligus ajang kumpul keluarga, kali ini harus cukup puas dengan berlebaran di rumah aja tanpa salam – salaman.
Biasanya
ritual open house berlangsung di rumah keluarga yang dituakan. Jamuan santapan
khas hari raya tersedia di meja makan dan meja tamu. Tapi kali ini tidak
begitu. Sebagai anak rantau, saya yang terbiasa berlebaran dengan keluarga tiba
– tiba harus membuar opor tentu bukan hal sepele. Effort-nya luar biasa
ditambah dengan khawatirnya saya saat harus membeli bahan – bahan masakan,
mengingat di Kecamatan tempat saya tinggal di Batam tercatat dua kasus positif
Covid 19.
Demi
keamanan, akhirnya saya memutuskan untuk belanja online. Saya mengirim pesanan
bahan – bahan masakan dan makanan yang dibutuhkan lalu akun penyedia ikan daging
sayur dan buah datang mengantarkan ke rumah.
Bagaimana
dengan bumbu-bumbunya?
Saya
beli bumbu giling siap pakai dari tukang sayur langganan! Hahaha. Sebagian dari
anda mungkin tidak setuju dengan bumbu giling, tapi demi kewarasan, bolehlah
sedikitnya menurunkan standar. Toh tidak tiap hari. Nah, masakan apa yang saya
buat untuk menemani hari raya? Kari ayam, rendang sapi, dan telur balado. Sayurnya?
Nah, ini dia masalahnya. Menu sayur rasanya kurang nyambung ya. Jadi, kami ganti
dengan konsumsi buah yang lebih banyak.
Moment
masak dan makan bersama sendiri sebetulnya juga moment yang hangat untuk saling bertukar cerita atau sekedar berceloteh ringan bersama dengan keluarga, tapi apa boleh buat, demi keamanan
kita harus jaga jarak dan tidak berkumpul selama masa pandemi ini. Jadi ya
masak sendiri (paling dibantu suami) makannya pun sendiri (hanya bersama suami
dan anak saja).
Lebaran kali ini tidak ada makan bersama di meja makan yang lebar itu. Silaturahmi pun dilakukan lewat video call. Bahkan Shalat Eid pun dilakukan dirumah masing – masing untuk wilayah yang masih tercatat sebagai zona merah. Meski rasa geregetnya berbeda dari lebaran di tahun – tahun sebelumnya, setidaknya lewat video call kita masih bisa melihat orang yang kami sayang. Selain juga, kami tetap bersyukur karena masih bisa mendengar Takbir dikumandangkan.
5 comments
Wah, pertama kalinya jadi anak rantau bareng suami nih 😍 InsyaaAllah jadi pengalaman tak terlupakan ya mbak. Gapapa sih kalo aku pake bumbu giling, haha. Semoga ada hikmah ya lebaran di tengah pandemi ini
ReplyDeleteHehe iya Mbak Prita, tahun 2018-2019 sempat di Jakarta setahun langsung pindah lagi ke Batam yang ga bisa mudik seminggu sekali hahaha sekarang udah betah di Batam, Mbak. Selamat Lebaran, Mbak Prita. Minal Aidin Wal Faidzin Mohon maaf lahir batin.
DeleteJadi pengalaman baru ya mba karna ada pandemi
ReplyDeleteAkupun pakai bumbu jadi mbak. Walaupun gak senikmat masakan ibuk tapi lumayanlah buat mengobati rasa rindu.
ReplyDeleteBaik bumbu giling maupun bumbu uleg, kalo saya yang penting jadinya, Mbak. Hehehe...
ReplyDelete*Telurnya bulet2 menggoda loh! Hahay!